Sponsored Links
Loading...
Berangkat dari keprihatinan terhadap kurang maksimalnya hasil produksi yang dicapai petani padi, Emiwati Agus menjadi tertantang untuk mendalami ilmu di bidang pertanian. Sampai kemudian pada 16 Agustus 2006 wanita kelahiran Tabek, 13 Agustus 1958 tersebut merintis pendirian Kelompok Wanita Tani (KWT) Flamboyan di mana dirinya terpilih menjadi ketuanya.
Belakangan ibu empat anak asal Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat ini juga berperan aktif dalam organisasi lain yaitu sebagai Ketua Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Flamboyan, Ketua FKPM Nagari Tabek, Kader Pemberdayaan PNPM dan Anggota KTNA Kecamatan Pariangan.
Melalui wadah KWT Flamboyan, ia dan anggota kelompoknya gencar menerapkan teknologi anjuran pemerintah sehingga peningkatan produksi pun bisa diraih. Melalui teknologi SRI dan jajar legowo produksi padi bisa ditingkatkan hingga menjadi 5-6 ton per hektar. Sebelum teknologi ini diterapkan, produksi padi hanya 4-5 ton per ha.
Emiwati Agus dan kelompok wanita taninya bekerjasama dengan BPTP Sukarami pada akhir tahun 2011 diam-diam juga telah menemukan Teknologi Budidaya Padi “Salibu” yang sangat mudah dilaksanakan dan menghemat biaya. Teknologi Salibu adalah teknologi budidaya padi dengan memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai penghasil tunas/anakan yang akan dipelihara.
Tunas berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistem tanam pindah. Dari hasil uji dan ubinan diperoleh rata-rata produksi 7-8 ton/ha. Teknologi padi Salibu telah dikembangkan di seluruh Nagari Tabek. KWT Flamboyan sekarang ini menjadi pusat informasi dan pelatihan untuk teknologi budidaya padi Salibu. Bahkan Dirjen PSP, Kepala Dinas Pertanian dan Bupati Tanah Datar pernah panen di lokasi KWT Flamboyan.
Serangan Tikus
Tantangan dalam melaksanakan usaha tani pun pernah dirasakan anak ketiga dari enam bersaudara itu. Pada tahun 2008 terjadi serangan hama tikus yang cukup parah, sehingga 60% dari luas hamparan tanaman padinya terancam gagal panen. Tanaman dicoba dibersihkan dengan jalan dipotong setinggi 2 cm dan dilakukan pemupukan. Ternyata hasilnya cukup baik, lalu dilakukan pengulangan kembali bersama kelompoktani sampai 3 kali panen dengan hasil yang maksimal.
Dengan melakukan penerapan teknologi secara tepat, lulusan SLTA ini mampu memperoleh penghasilan cukup besar untuk menopang penghidupan keluarganya. Dari usaha tani padi sawah dengan teknologi Salibu ia bisa mendapatkan hasil panen senilai Rp. 27.260.000/tahun. Dari ternak sapi dengan sistem kereman mampu mendapatkan penghasilan sekitar Rp. 7.550.000/tahun. Dari kolam ikan dengan sistem kolam air tenang (KAT) diperoleh Rp. 12.500.000/tahun. Sementara dari tanaman kelapa dan kakaonya masing-masing ia mendapatkan tambahan penghasilan Rp. 990.000 dan Rp. 2.800.000 per tahun.
Berkat keuletan, disiplin, etos kerja dan perencanaan usahatani yang baik, maka saat ini, Emiwati Agus kerap diminta menjadi motivator serta narasumber untuk penyampaian materi teknologi padi Salibu pada pertemuan penyuluh dan ketua kelompok tani. Segala karya dan prestasi yang ditorehkannya berbuah manis dengan diperolehnya berbagai penghargaan.
Antara lain penghargaan saat meraih Juara II Temu Karya Petani se-Indonesia pada PENAS XIV di Malang dengan judul “Teknologi Budidaya Padi Salibu”, Petani Berprestasi tahun 2014 di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan serta terakhir sebagai petani berprestasi tingkat nasional 2014. Selamat ibu, lanjutkan perjuanganmu!
Sumber : http://tabloidsinartani.com/content/read/emiwati-agus-penemu-teknologi-padi-salibu/
Sponsored Links
Loading...
loading...