Loading...

Fungsi Penting Pertanian Dalam Konteks Agama Islam

Sponsored Links
.
Loading...
Tidak ada yang tidak penting dalam Islam. Dari bangun tidur kita baca doa, makan kita baca doa, semua sudah diatur. Apalagi pertanian yang kaitannya dengan kebutuhan pangan, sandang dan papan manusia.

Siapa saja yang mempunyai lahan hendaknya diusahakan untuk bertani dan atau diserahkan ke saudaranya untuk bertani dan jangan disewakan”. (HR Bukhari)



Masih banyak orang menganggap bahwa bertani adalah pekerjaan yang kuno dan cenderung tidak keren. Bisa dibilang, petani seringkali dipandang sebelah mata. Mungkin mereka lupa, kalau bukan karena petani yang menanami lahan tidak akan ada beras yang mereka makan. Bertani memang ada sejak dulu, sesudah zaman berburu. Tapi pertanian takkan lapuk dimakan usia. Pada kenyataannya sektor pertanian masih menjadi sumber penghidupan masyarakat. Angka sensus terakhir 67% masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani.

Kebutuhan kita akan barang elektronik seperti mesin cuci, kulkas, kipas angin dan semacamnya bisa ditunda. Minggu depan, bulan depan, tahun depan. Tapi kebutuhan kita akan makan tidak bisa ditunda. Setiap hari kita harus makan. Dalam hadits shahih disebutkan bahwa,

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah )
Pertanian merupakan media sumber pangan dan bermanfaat untuk orang lain.

Kalau kita masih berkutat di pertanian, kita juga sedang menanam sumber energi, devisa pengentas kemiskinan. Selain itu, pertanian juga berperan sebagai pelestari dan penjaga lingkungan. Kadang kita terlalu meng-underestimate kemampuan kita sendiri. Kita negara besar yang sedang berkembang dan akan terus maju. Kekayaan pertanian kita bagus dan memang diakui dunia. Komoditas tidak terlalu jelek, misalnya lada putih, sawit, nilam, karet, beras, kakao, lada hitam, kopi dan teh. Kita sebenarnya bisa swasembada beras, yang kejadian impor ilegal kemarin hanya permainan segelintir orang untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya.

Pertanian sebagai Pelajaran bagi Orang Beriman

Keimanan seseorang diuji dari bagaimana sikapnya dalam menghadapi pengelolaan dan pengolahan pertanian. Karena semua di dunia ini hanya milik Allah. Apabila sewaktu-waktu Allah menurunkan musibah maka kita harus tetap beriman kepadaNya, begitu pula dalam hal apabila Allah menurunkan rezeki pada kita. Karena masih banyaknya masyarakat yang memiliki kepercayaan takhayul atau mistis dalam bidang pertanian. Seperti contoh memberikan sesajen agar hasil pertaniannya meningkat atau lancar. Jangan sampai kita terjerumus kepada hal-hal yang dapat melemahkan bahkan menghilangkan keimanan kita sebagai Muslim. Salah satu firman Allah dalam Al-Quran,

“Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (SuraAl-Baqarah : 155)

Pertanian sebagai Pekerjaan/Ibadah/Aktivitas yang Mulia

Petani adalah seseorang yang mengolah lahan pertanian. Dari hasil pertanian tersebut digunakan untuk memenuhi kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, terutama dalam segi pangan. Sungguh mulianya pekerjaan petani. Tak terbayangkan apabia tak ada petani dari mana kita bisa makan dengan nikmat. Allah menugaskan manusia agar melindungi dan melestarikan alam ini. Salah satunya dengan mengolah lahan atau tanah yang kosong menjadi lahan pertanian yang bermanfaat bagi semua makhluk hidup. Dikatakan bagi semua makhluk hidup karena hewan dan serangga pun juga menikmati hasil pertanian. Sebagaimana yang telah Allah jelaskan pada ayat suci Al-Quran berikut,

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui” (Surah Al Baqarah : 22)

“(33) Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan. (34) Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, (35) Agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur.” (Surah Yasin : 33-35)


Pertanian sebagai Perumpamaan yang Baik

Bertani merupakan ibadah karena dalam bertani pun kita harus selalu berikhtiar, bertawakal, bersabar, dan bersyukur. Hal tersebut merupakan perumpamaan baik karena kita harus berikhtiar, yakni berusaha untuk menjaga dan mengolah pertanian dengan baik agar mendapatkan hasil pertanian yang sesuai dengan harapan. Berikhtiar saja pun tak cukup, dalam bertani kita pun harus bertawakal kepada Allah, karena semuan di dunia ini adalah milik Allah, Allah-lah yang menentukan segalanya, rezeki Allah-lah yang memberi. Bila Allah berkehendak demikian, maka demikianlah hasilnya.

Tak luput dalam bertani pun harus bersabar dan bersyukur. Bersabar karena hasil pertanian membutuhkan waktu yang panjang, tidak dengan waktu yang kilat sebagaimana kita memakan makanan yang berasal dari hasil pertanian tersebut. Dan contoh lainnya bersabar ketika mulai mengolah tanah, kemudian menanam bibit, lalu merawatnya dengan sepenuh hati. Semua itu memerlukan kesabaran. Sabar manakala pertanian tersebut diserang hama dan penyakit, maka kita harus merawatnya dengan lebih intensif. Hama seperti binatang atau pun serangga yang memakan pertanian kita apabila kita ikhlas, hal itu dapat berupa pahala, karena sama halnya kita bersedekah untuk para hama itu. Kesabaran sangat diuji manakala hasil pertanian yang telah dirawat dengan penuh jerih payah tersebut dicuri sebagian, namun apabila kita ikhlas, maka pahalalah yang kita dapat. Ikhlas agar hasil curian tersebut sebagai sedekah baginya. Bersyukurlah atas segala rahmat dan rezeki yang Allah berikan. Karena didalam pertanian banyak ladang pahalanya. Tanpa pertanian maka kitakan sulit untuk memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, dan bahkan papan. Allah pun berfirman dalam kitabnya, Al-Quran,

pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS Ibrahim : 25-26)

"Tiada seorang Muslim yg bertani/berladang lalu hasil taninya dimakan burung atau manusiaatau binatang melainkan bagi dirinya pahala bersedekah (HR. Bukhari)"

Pertanian sebagai Ilmu dan Teknologi

Perternakan, perikanan, dan kehutanan pun termasuk kategori pertanian. Dalam mengelolanya dibutuhkan ilmu pengetahuan. Hal ini agar mendapatkan hasil yang diharapkan. Maka, karena itu ilmu pengetahuan penting dalam pertanian. Bahkan Allah pun menaikkan derajat bagi penuntut ilmu, sebagaimana firman Allah dalam kitab Al-Quran,

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surah Al-Mujadilah Ayat 11)

Pentingnya menuntut ilmu dalam hadits banyak dijelaskan, contohnya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
“Rasulullah salallaahu’alayhi wassallaam bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan jalan baginya menuju syurga.”

Untuk itu, bersyukurlah wahai anak Adam karena telah ditempatkan Allah di lingkungan pertanian, ya kampus hijau ini. Manfaatkanlah masamu dengan torehan sejarah indah untuk kejayaan pertanian Islam.
Oleh: Dewi Tri S.
Sumber : http://gamaisunsoed.blogspot.co.id/2014/05/pertanian-dalam-al-quran.html
Sponsored Links
Loading...
loading...
Flag Counter