Sponsored Links
Loading...
Ikan nila adalah ikan air tawar yang termasuk ke dalam salah satu jenis ikan untuk dikonsumsi. Ikan ini masih termasuk ke dalam keluarga Cichlidae yang memiliki ciri-ciri yaitu sirip punggung tunggal, tulang keras di bagian depan, tulang lembut di bagian belakang, dan mempunyai kepala berukuran besar. Citarasa yang khas dan dagingnya yang tebal menjadi alasan kenapa ikan nila disukai oleh banyak orang.
Budidaya ikan nila paling bagus dilakukan di daerah berketinggian 10-200 meter dpl. Di dataran rendah semacam ini, suhu lingkungan airnya berkisar antara 25-30 C dengan kadar garam mencapai 0-35 per mil. Tanah yang cocok untuk pemeliharaan ikan nila adalah tanah liat, tidak porous, dan ber-PH 7 sampai 8.
Langkah I : Pembuatan Kolam Ikan
Kolam diperlukan sebagai tempat pemeliharaan ikan nila selama dalam proses budidaya. Karakteristik kolam ikan nila yang ideal terbuat dari bahan tanah, semen, terpal, jaring terapung, atau air payau dengan bentuk persegi maupun oval. Selain biaya pembuatannya murah, kolam tanah paling banyak dipilih karena dapat berfungsi sekaligus sebagai tempat berkembangnya pakan ikan.
Untuk membangun kolam ikan nila yang terbuat dari tanah, anda harus menggali lubang sedalam 1-2 meter dengan panjang dan lebar menyesuaikan jumlah ikan yang hendak dibudidayakan. Selanjutnya, jemur kolam tersebut selama 3-7 hari hingga permukaan dasarnya agak retak-retak. Hal ini bertujuan untuk menyucikan kolam dari bakteri dan kuman.
Setelah itu, anda bisa mulai mencangkul dasar kolam untuk membuat gembur kondisi tanahnya sekaligus membersihkannya dari kerikil dan kotoran. Sampai di sini, cek tingkat pH tanah tersebut dan pastikan berada di angka 6-8. Apabila derajat pH-nya berada di kisaran 3-4, anda perlu menambahkan dolomit sebanyak 1-3 ton/hektar. Sementara untuk pH 5-6, kebutuhan dolomitnya adalah 500-1500 kg/hektar. Tanamkan kapur pertanian ini dengan kedalaman 10 cm dan diamkan selama 2-3 hari.
Proses berikutnya adalah pemupukan lahan kolam dengan menggunakan pupuk kandang atau kompos sebanyak 1-2 ton/hektar. Tujuannya untuk meningkatkan kembali kesuburan tanah budidaya. Adapun cara memberikannya yaitu pupuk cukup ditaburkan di atas permukaan dasar kolam secara merata dan biarkan selama 1-2 minggu agar terserap ke dalam tanah. Bila perlu, anda juga bisa menambahkan pupuk urea sebanyak 65 kg/hektar dan pupuk TSP sebanyak 30 kg/hektar dan diamkan selama 1-2 hari. Dengan suburnya tanah di kolam maka akan menjadi tempat yang ideal bagi perkembangbiakan plankton dan fitoplankton yang notabene merupakan pakan alami ikan nila.
Setelah waktu tunggu selesai, anda bisa mulai mengisi kolam dengan air bersih. Pada tahap awal ini kedalaman air cukup 10-20 cm saja karena berguna untuk menumbuhkan plankton dan ganggang. Biarkan selama 3-5 hari sampai air berwarna kehijau-hijauan sebagai tanda banyaknya plankton di dalamnya. Baru setelah itu, anda bisa mengisi kolam sampai ketinggian air mencapai 20 cm dari atas bibir kolam.
Langkah II : Pelepasan Bibit Ikan
Setelah proses persiapan kolam pembudidayaan selesai dilakukan, anda bisa mulai merilis bibit-bibit ikan nila ke dalam kolam tersebut. Idealnya, kepadatan populasi ikan nila di kolam tanah adalah 20-30 ekor/m2. Jika diasumsikan benih-benih ikan nila berukuran 15-20 gram/ekor, maka ikan nila dapat dipanen setelah memiliki bobot mencapai 300 gram/ekor.
Untuk melepaskan benih-benih ikan nila ke dalam kolam, sebaiknya anda perlu memberikan perlakuan tertentu agar ikan ini mampu beradaptasi dengan kondisi air kolam. Adapun caranya, letakkan plastik yang berisi benih-benih ikan nila ini ke dalam kolam, dan biarkan mengapung selama 1-2 jam. Selanjutnya, buka penutup plastik tersebut dan biarkan ikan-ikan nila kecil berenang sendiri memasuki kolam. Dengan memberikan perlakuan ini diharapkan mampu meminimalisir angka kematian terutama akibat ketidakmampuan ikan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Langkah III : Pemeliharaan dan Perawatan Ikan
Di dalam langkah ketiga ini, tugas utama anda adalah untuk menjaga kondisi air di dalam kolam budidaya, memberikan pakan secara tepat, serta mengendalikan hama dan penyakit. Untuk memastikan kondisi air di kolam budidaya berkualitas baik atau tidak, anda perlu mengecek kandungan oksigen dan tingkat keasaman air di dalam kolam tersebut. Selanjutnya, jangan lupa juga untuk memeriksa kadar CO2, NH3, dan H2S yang terlarut di dalam air kolam. Kondisi air yang normal bisa dilihat dengan memperhatikan perilaku ikan-ikan nila yang terlihat aktif dan ceria.
Apabila kadar oksigen yang terkandung di air kolam rendah, anda bisa mengatasinya dengan meningkatkan sirkulasi air masuk dan keluar sehingga pasokan oksigennya menjadi lebih banyak. Sementara apabila kolam budidaya berbau busuk, itu tandanya kandungan NH3 dan H2S-nya melebihi ambang normal dan berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan. Untuk mengatasinya, anda cukup membuang air yang ada di kolam semaksimal mungkin dan menggantinya dengan yang baru tanpa memindahkan ikan-ikan di kolam agar tidak stres. Adapun sirkulasi air kolam yang normal untuk budidaya ikan nila adalah 1 liter/detik untuk kolam berukuran 100 m2.
Langkah berikutnya adalah pemberian pakan ke ikan-ikan nila peliharaan dengan jumlah yang cukup dan prosedur yang tepat. Perlu diketahui, rata-rata ikan nila memerlukan pakan harian sebanyak 3% dari bobot tubuhnya. Sebaiknya, pemberian pakan cukup dilakukan sekali sehari pada saat pagi atau sore ketika ikan dalam keadaan aktif dan lapar. Jangan lupa ambil sampel bobot tubuh ikan nila secara berkala setiap dua minggu sekali untuk menyesuaikannya dengan jumlah kebutuhan pakan harian.
Sebagai contoh, ketika anda membudidayakan ikan nila sebanyak 1500 ekor dengan rata-rata bobotnya seberat 15 gram/ekor. Maka jumlah pakan harian yang dibutuhkan adalah sebanyak 3% x 1500 x 15 = 675 gram atau 6,75 kg. Ingatkan sekali lagi, pastikan cek selalu bobot rata-rata ikan nila peliharaan dan sesuaikan dengan pakan yang perlu diberikan.
Sementara itu, hama bagi ikan nila adalah binatang-binatang karnivora dan omnivora yang tinggal di sekitar lingkungan kolam. Beberapa hama yang perlu diwaspadai adalah bebek, tikus, ular, ayam, angsa, kucing, anjing, burung elang, dan lain-lain. Sedangkan hama mikroskopiknya meliputi notonecta dan larva cybister. Untuk membasmi hama-hama pengganggu ini, anda bisa memberikan penghalang/pagar yang mengelilingi kolam, mempertahankan predator alami, dan memakai obat-obatan pengusir hama. Sementara penyakit ikan nila di antaranya Epistylis spp, Trichodina sp, dan bercak merah yang bisa diatasi dengan memberikan obat-obatan sesuai gejala yang timbul.
Langkah IV : Pemanenan Ikan
Standarisasi ikan nila yang layak panen untuk kebutuhan pasar domestik adalah seberat 300-500 gram/ekor. Jadi jika anda membudidayakan ikan nila mulai dari bobot 15-20 gram/ekor, maka anda memerlukan waktu sekitar 4-6 bulan untuk membuatnya berbobot 300-500 gram. memberikan penghalang/pagar yang mengelilingi kolam, mempertahankan predator alami, dan memakai obat-obatan pengusir hama. Sementara penyakit ikan nila di antaranya Epistylis spp, Trichodina sp, dan bercak merah yang bisa diatasi dengan memberikan obat-obatan sesuai gejala yang timbul.
Langkah IV : Pemanenan Ikan
Standarisasi ikan nila yang layak panen untuk kebutuhan pasar domestik adalah seberat 300-500 gram/ekor. Jadi jika anda membudidayakan ikan nila mulai dari bobot 15-20 gram/ekor, maka anda memerlukan waktu sekitar 4-6 bulan untuk membuatnya berbobot 300-500 gram.
Proses pemanenan diawali dengan mengeringkan kolam budidaya agar ikan mudah ditangkap. Selanjutnya tangkaplah seluruh ikan nila menggunakan bantuan jaring sehingga prosesnya lebih efektif. Ikan-ikan yang telah terkumpul lalu disortir berdasarkan ukuran dan bobotnya. Terakhir, ikan-ikan nila ini siap didistribusikan ke pasar sesuai permintaan.
Sponsored Links
Loading...
loading...