Sponsored Links
Loading...
Selama manusia masih punya mulut maka perlu input, input berupa makanan dan minuman sebagai sumber energy, nutrisi dan mineral untu proses kehidupannya. Selama makanan masih diperlukan maka peran petani tidak bisa diabaikan. Dan selama peran petani tidak bisa diabaikan maka sudah seharusnya petani harus mendapatkan hak-haknya dan sekaligus mendapatkan proteksi dari aturan, kebijakan, fasilitast, arahan atau apapun bentuk perhatian dari pemerintahan yang sedang berjalan ini.
Sudah tebukti dan diyakini bahwa Ketahanan Pangan dan Energy adalah pilar stabilitas ekonomi rakyat, ekonomi bangsa ini dan ekonomi nasional negeri ini. Sudah berapa negara yang kolaps karen rawan pangan atau tidak mampu kecukupan pangan kebutuhan rakyatnya. Pemenuhan kebutuhan pangan adalah hak-hak dasar yang wajib dan wajib dipenuhi oleh pemerintah.
Negeri ini telalu di"ninabobokkan" oleh kondisi tanah air yang subur dan makmur hingga kebijakan-kebijakan pemerintah tidak banyak berpihak kepada petani di negeri ini. Petani-petani di negeri ini berjalan sendiri-sendiri ada atau tidak ada pemerintah sama saja. Diatur atau tidak diatur petani kita tetap menanam apapun komoditasnya. Padi, jagung, kedelai, cabe, singkong, sayuran, buah-buahan atau apapun temasuk perikanan, peternakan dan kehutanan. Dibantu atau tidak dibantu pemerintah dalam bentuk apapun petani kita tetap ikhtiar melaksanakan dengan ala kadarnya, kalaupun ada inovasi itu inovasi mandiri atau inovasi tanpa intevensi bahkan karunia ilahi.
Memang ada subsidi pupuk, kredit usaha rakyat KUR, subsidi benih atau subsidi ini itu dan lain-lain yang sebenarnya nilainya tidak seberapa atau hanya program "lipstick" pemerintah agar menarik simpati rakyat itupun jika ada maunya saja.
Hitung saja berapa sih nilai subsidi pupuk? Gak sampai 1% . . . . . Atau berapa nilai KUR itu gak sampai 5% dari kredit yang dikucurkan untuk para konglomerat, bahkan masih lebih besar nilai kredit fiktif yang disunat atau bailout atau BLBI yang dikemplang para penjahat keuangan negara yang berdalih pembangunan nasional.
20 tahun lalu petani dari Afrika, Vietnam, Laos dan beberapa negara kecil belajar menanam di H. Bachrum di Cijeruk, mereka belajar tanam padi, jagung, kedele, sayuran, ikan dll. Belajar mencangkul mengolah tanah memupuk hingga panen dan pasca panen, bahkan sistem lumbung pun mereka belajar dari kita. Kini negeri ini justru mengimpor beras dari Vietnam, Thailand, dll Memalukan sekali!!!!
Bahkan jaman orba pun masih lebih baik dari saat ini dalam perhatiannya terhadap petani. Dulu masih ada pembuatan saluran irigasi, bendungan-bendungan, program Bimas/Inmas, insus, supra insus, kelompencapir, bina desa, lumbung desa dan sebagainya. Kini apa menjaga stabilitas produksi pangan aja gak becus malah sibuk impor demi kepentingan politik segelintir elit. . . . . . Memang arus konversi lahan ke pembangunan infrastruktur lain mengurangi lahan pertanian produktif, tapi kenapaJepang yang hanya punya lahan abadi pertanian 12% saja bisa mencukup kebutuhan negerinya yg junlahnya tebesar ke 6 di dunia bisa swasembada bahkan bisa ekspor!
Lahan di negeri ini bukan hanya 12 juta hektar lahan padi saja bahkan kalau mau ada puluhan juta hektar lagi kalau ada niat baik pemerintah untuk membuka sawah atau ladang baru. . . . Atau optimalkan dulu teknologi pertanian yang selama ini numpuk di perguruan tinggi-perguruan tinggi atau perpustakaan akademisi. Di negeri ini ada 4 tidur yang harus diberantas : lahan tidur, uang tidur (kredit), sdm tidur dan penelitian tidur. . . . . . .
Jadi ada tdk ada pemerintah petani adalah pahlawan, kalau guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa maka petani adalah PAHLAWAN PANGAN TANPA TANDA JASA, petani disuruh atau tidak tetap menanam, petani tetap ikhtiar meski tanpa kucuran kredit pemerintah, Petani yang konon mayoritas di negeri ini sebenarnya adalah MEGA investor di negeri ini . . . . .petani adalah roda ekonomi rakyat sejati.
Hidup petani Indonesia
Sponsored Links
Loading...
loading...