Loading...

Waspadai Bahaya Tepung Terigu Bagi Kesehatan

Sponsored Links
.
Loading...
Bahaya Makanan Dari Terigu


Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya penyakit akibat penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang kurang bijaksana, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) tidak merekomendasikan Benzoil Peroksida sebagai pemutih tepung terigu.

Dalam proses produksi tepung terigu, setelah gandum digiling menjadi tepung terigu sebenarnya, tidaklah serta-merta berwarna putih namun agak kekuningan dan kurang elastis. Terigu semacam ini kurang disukai sebagian besar konsumen karena bila dijadikan adonan roti tidak dapat mengembang dengan baik.

Untuk memperoleh terigu yang putih alami dengan mutu yang baik, terigu harus dibiarkan (diperam) selama lebih kurang 4 sampai 6 minggu. Selama masa pemeraman tersebut, bahan-bahan yang menyebabkan sifat lekat dan juga pigmen karotenoid akan teroksidasi sehingga akan diperoleh tepung terigu yang berwarna putih dengan daya kembang yang baik.

Proses pemeraman ini oleh sebagian produsen terigu dianggap tidak praktis karena memerlukan waktu, sehingga untuk mempercepat proses tersebut biasanya mereka menambahkan zat pemutih yaitu Benzoil Peroksida (BP). Dengan mencampur bahan kimia BP ke dalam terigu, warnanya akan dilunturkan menjadi lebih putih dalam waktu yang singkat.

Namun sebenarnya penggunaan bahan kimia BP ini cukup beresiko karena bisa memicu dan menyebabkan berbagai penyakit, srhingga tidak layak digunakan sebagai bahan tambahan pangan.

Di indonesia memang tidak secara eksplisit diatur mengenai penggunaan Benzoil Peroksida, namun dalam surat yang dikeluarkan BPOM RI, jelas tercantum bahwa penggunaan Benzoil Peroksida tidak di rekomendasikan sebagai bahan tambahan pangan perlakuan tepung, karena tiga alasan, pertama; Benzoil Peroksida merupakan senyawa reaktif dan mudah mengalami penguraian; kedua, studi klinis memperlihatkan bahwa Benzoil Peroksida dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan merupakan sensitizing agent; dan ketiga bahwa tepung terigu yang ditambahkan Benzoil Peroksida dapat mengurangi nilai nutrisinya, seperti berkurangnya kandungan protein ataupun karbohidrat.


Proses pemutihan terigu dilakukan dengan cara mencampurkan terigu dengan bahan kimia Benzoil Peroksida ini, dalam tempo yang singkat bahkan kurang dari 1 jam, seluruh terigu tersebut akan berubah menjadi lebih putih.

Selain memutihkan, Benzoil Peroksida juga bereaksi dengan terigu  yang akan mempengaruhi kandungan protein gluten dan mengakibatkan  sebagian nutrisi dalam terigu berkurang. Itulah sebabnya kutu/ serangga pun kurang menggemari terigu berpemutih, karena bahan kimia ini akan terus berada di dalam terigu putih ini selama dipasarkan sampai dikonsumsi.

Sama dengan bahan-bahan kimia lain, secara umum efek Benzoil Peroksida memang tidak langsung terasa. Namun dalam kurun waktu yang cukup lama, akibat negatifnya akan semakin terasa.

Oleh karena itu perlu hati-hati dan bijaksana dalam memilih bahan-bahan pangan, karena denan berbagai alasan kini banyak dijumpai bahan pangan yang diputihkan dengan tambahan ini.

Gunakan produk bahan pangan yang benar-benar berkualitas dan aman bagi kesehatan.

Bahaya Makanan Yang Terbuat Dari Terigu

Jika sering makan roti, cake, kue-kue, mi, pasta, dan makanan lain terbuat dari bahan utama terigu. Semua bahan makanan tersebut mengandung zat reaktif yang disebut gluten. Gluten adalah suatu protein, zat mirip lem yang menyatukan bulir-bulir gandum dan padi-padian tertentu. (Gluten juga melekat di dinding usus seperti lem.) Sensitivitas gluten dapat muncul sebagai gejala ringan seperti kembung, rasa tidak enak di perut, dan pilek, hingga gejala berat seperti sindrom iritasi usus, sakit kepala, migrain, nyeri sendi dan otot, asma, eksem, dan gangguan suasana hati. Mungkin juga timbul gangguan pencernaan yang serius, antara lain penyakit celiac sprue. Pada celiac, vilus (jonjot) usus halus rusak, sehingga mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi yang parah. Hal ini kemudian menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh, penurunan berat badan, diare, lesu kronis. Beberapa gangguan kesehatan akibat gangguan sistem metabolisme, seperti lupus, autisme, ADHD, juga diduga akibat asupan tinggi gluten.
Sensitivitas gluten tampaknya semakin banyak dijumpai , karena semakin banyak orang "tercemari" oleh bahan makanan dan makanan olahan dari terigu yang telah diubah, dimurnikan, dan direduksi secara kimiawi. Bahkan, pada orang tertentu, jumlah sedikit saja terasup gluten sudah menimbulkan reaksi.
Alergi gluten memang dapat dideteksi melalui tes alergi, namun sensitivitas terhadap gluten sulit dideteksi dengan pemeriksaan biasa. Walaupun dokter dapat melakukan uji antibodi alergi atau biopsi usus, cara paling mudah dan paling tidak invasif adalah menyingkirkan semua makanan dan produk makanan terbuat dari bahan utama terigu/gandum maupun yang menggunakan campuran terigu/gandum. Menggantinya dengan bahan tepung tanpa gluten, seperti tepung beras, tepung jagung, tepung kedelai, dll."
Kebiasaan makan makanan terbuat dari terigu memberatkan fungsi cerna. Untuk "menangani" gluten, kandungan protein utama dalam terigu yang sulit dicerna, tubuh kita memerlukan waktu 3 kali siklus metabolisme, bisa lebih lama - tergantung berapa banyak dan berapa rajin kita makan makanan terbuat dari terigu. Artinya, gluten dari roti, cake, kue kering, mi, spageti atau jenis pasta lain, yang kita makan pada hari ini, baru dapat terbuang setelah selang 3 hari ke depan. Apa yang terjadi jika kita setiap hari rajin menghabiskan makanan terbuat dari terigu?
Sebisanya singkirkan tepung terigu dalam pembuatan makanan yang bisa sepenuhnya tidak menggunakan terigu. Misalnya, gunakan tepung beras untuk makanan gorengan (adonan pelapis pisang/ubi/tempe goreng, rempeyek, dll). Agar adonan tepung beras menjadi lebih rapuh dan renyah setelah digoreng, tambahkan "bahan pelembut" alami ke dalam adonan, a.l. santan, kuning telur. Jika enggan menggunakan santan dan kuning telur, campurkan tepung maizena, tepung sagu/kanji, atau tepung singkong.
Untuk penyuka makanan berbahan utama terigu (mi, pasta, roti, bakpau, donat, cake, dll): Jika masih belum bisa berpisah dari terigu, ganti sebagian terigu dengan bahan non-terigu. Campuran pengganti terigu bisa menggunakan tepung non-terigu, seperti tepung beras putih/merah/hitam, tepung ketan putih/hitam (sebagian reference menyebutkan tepung ketan masih mengandung gluten, tapi dalam jumlah terbatas), tepung kentang, tepung singkong, tepung jagung, tepung kacang merah/kacang tolo/kacang hijau/kedelai. Untuk campuran non-tepung, gunakan kentang kukus lumat, ubi jalar kukus lumat, singkong kukus lumat, jagung muda lumat (dikukus dulu maupun tanpa dikukus - keduanya memberikan efek citarasa khas berbeda)
Beranikan diri dan gali kreativitas untuk membuat makanan dari bahan utama terigu dengan tepung non-terigu. Tentu saja untuk ini diperlukan spirit hidup sehat-alami yang tinggi, karena kita akan makan makanan dengan tekstur dan citarasa berbeda dari yang sudah terekam dalam otak kita. Contoh: roti dari tepung jagung (bukan tepung maizena ya), mi dan pasta tepung beras/tepung jagung, cake tepung ketan, lapis legit tepung singkong, kue kering tepung sagu/kanji. Selain itu, daripada asyik dengan cake-kue Barat bahan utama tepung terigu, sekarang saatnya menikmati kue-kue tradisional tanpa terigu, seperti kue lapis, kue talam, kue ku, kue bugis, dll.
Semoga Bermanfaat
Sumber  : https://www.linkedin.com/pulse/bahaya-makanan-dari-terigu-nurhayati-al-amini


Sponsored Links
Loading...
loading...
Flag Counter