Sponsored Links
Loading...
CARA MENCAMPUR PESTISIDA PERTANIAN YANG BAIK DAN BENAR
20JAN
Perkembangan pertanian baik dari jenis tanamannya, hama penyakit, tantangan biaya, tenaga kerja, harga hasil pertaniannya dan kompetisi pasar semakin hari akan semakin komplek, luas dan bervariasi. Apalagi di tahun 2015 ini akan ada tantangan baru yaitu di bukanya Masyarakat Ekonomi Asean ( MEA ). Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi kita untuk terus meningkatkatkan daya saing cara dan strategi jitubertani kita agar produk yang dihasilkan semakin bisa bersaing tidak saja dengan pasar di dalam Negeri tapi juga harus bisa menang bersaing dengan pasar dari Luar Negeri ( Minimal Negara Asean ) pada saat resmi Masyarakat Ekonomi Asean di buka tahun 2015.
Pada saat Masyarakat Ekonomi Asean dibuka tentunya pesaing kita dalam Bidang Produk pertanian yang paling berat adalah Negara Thailand dan Vietnam yang selama ini barangnya seringkali membanjiri negara kita.
Selain tantangan berupa produk pertanian Negara ASEAN yang membanjiri kita juga harus berkompetisi dengan Tenaga Kerja Ahli dari warga Negara Anggota Asean dalam memperebutkan dan mengisi Tenaga Kerja di Indonesia. Kembali ke Masalah Produk pertanian tentunya agar produk pertanian baik berupa buah maupun sayur yang kita hasilkan bisa berkompetisi dan laku di jual di Negara ASEAN tentunya salah satu syarat utamanya adalahkandungan Bahan Kimia ( Residu Pestisida ) produk yang kita tidak boleh terlalu tinggi. Kandungan Residu Pestisida yang terlalu tinggi akan menyebabkan barang kita tidak bisa di terima di Negara Asean ( Saat MEA di buka ) dan bahkan menyebabkan gangguan penyakit seperti Kanker, Liver DLL.
Residu pestisida adalah pestisida yang masih tersisa pada bahan pangan setelah diaplikasikan ke tanaman pertanian. Tingkat residu pada bahan pangan umumnya diawasi dan ditetapkan batas amannya oleh lembaga yang berwenang di berbagai negara. Paparan populasi secara umum dari residu ini lebih sering terjadi melalui konsumsi bahan pangan yang ditanam dengan perlakuan pestisida, ditanam atau diproses di tempat yang dekat dengan area berpestisida.
Banyak dari residu pestisida ini merupakan pestisida sintetik berbahan dasar klor yang menunjukan sifat bioakumulasi yang dapat terkumpul dan menumpuk di dalam tubuh dan lingkungan hingga pada jumlah yang membahayakan. Senyawa kimiawi yang persisten dapat terakumulasi di dalam rantai makanan tanpa terurai, dan telah terdeteksi di berbagai produk hewan mulai dari daging sapi, daging ayam, telur ayam dan daging.
Pestisida adalah zat atau campuran zat yang digunakan untuk membunuh Hama – hama, organisme yang merugikan Tanaman pertanian dan hewan ternak. Istilah ini berlaku pada berbagai pestisida yang spesifik seperti insektisida, herbisida, nematisida, algasida, fungisida dan rodentisida. Penerapan pestisida pada tanaman pertanian dapat meninggalkan residu pada tanaman bahkan setelah dipanen dan menjadi bahan pangan yang siap dijual. Beberapa pestisida dikategorikan sebagai zat yang memiliki dampak toksikologi yang signifikan.
Karena itu semua petani dan praktisi yang terlibat dalam dunia pertanian harus tahu dan paham tata cara pencampuran bahan pestisida beserta adjuvantnya ( Perekat ). Jangan sampai kita mencampur bahan Kimia pestisida dengan tujuan untuk meningkatkan daya bunuh dari Pestisida tersebut yang terjadi justru daya bunuhnya turun akibat kurang pahamnya tata cara pencampuran. Karena dalam Rumus tata cara pencampuran pestisida ini tidak menganal 1 + 1 + 1 = 3, tapi terkadang justru hasilnya lebih kecil dari 3. Ilustrasi ini menunjukkan bahwa pencampuran Bahan Aktif Pestisida yang tidak tepat justru akan menurunkan daya bunuh dari Pestisida itu sendiri.
Pencampuran pestisida harus melalui riset yang mendalam serta tahap uji berkali kali. Pencampuran ini tentunya bukan asal mencampurkan antara satu pestisida dan pestisida lainnya, tetapi harus diperhatikan sifatnya, komposisi campurannya hingga daya tahannya untuk tidak berubah bentuk atau efektifitas hingga waktu kedaluwarsa pestisida tersebut (biasanya 2 tahun). Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh lembaga riset atau perusahaan yang memiliki lembaga riset sendiri. Akan sangat susah diukur keefektifannya jika dilakukan masing masing individu petani. Jadi secara pribadi saya tidak setuju jika pencampuran ini dilakukan dengan alasan untuk meningkatkan kemampuan pestisida, satu satunya alasan yang menurut saya masih layak diterima adalah demi efisiensi, jadi daripada petani tiap hari melakukan penyemprotan dengan pestisida yang berbeda, maka mereka dapat melakukan penyemprotan 3 hari sekali dengan menggunakan mixing pestisida. Dengan demikian meskipun pestisida tersebut menjadi kurang efektif tetapi masih ada nilai plus dalam hal efisiensi tenaga atau biaya semprot.
Jika harus mencampur maka perlu diperhatikan untuk mencampur pestisida berbentuk tepung terlebih dahulu, setelah itu baru dimasukkan pestisida berbentuk cairan dan paling akhir adalah perekat atau perata. Usahakan untuk tidak mencampur lebih dari 3 macam jenis pestisida. Campuran ini harus disemprotkan hingga habis dalam waktu kurang dari 1 hari. Usahakan campuran dari produk dengan satu perusahaan ataupun perusahaan lain yang anda sudah mengenal kualitasnya. Pencampuran yang salah akan menurunkan kualitas pestisida utama anda ketika dicampur dengan pestisida lainnya yang kurang berkualitas (Contoh mengenai hal ini tentunya tidak dapat saya ungkap disini). Pencampuran membutuhkan pengalaman dan biasa dilakukan oleh para petani yang telah berpengalaman.
Pertanyaan yang muncul adalah jika pencampurannya itu dalam aplikasi (tank mix), bagaimana aturannya. Berikut ini adalah urutan pencampuran pestisida yang benar sebelum dimasukan ke dalam knapsack sprayer.
- Air
- Tablet (WT, water dispersible tablet; ST, water soluble tablet): aduk hingga seluruh tablet larut dalam air
- Butiran (SG, soluble granule; WG, water dispersible granule): aduk hingga seluruh butiran larut dalam air
- Berbentuk tepung (WP, wettable powder; SP, soluble powder): aduk hingga merata)
- Bentuk cairan (SL, soluble concentrate, SC, suspension concentrate, EC, emulsifiable concentrate )
- Mikrokapsul (CS, capsule suspension)
- Surfaktan
Pencampuran BOLEH dilakukan, jika:
- Sasaran OPTnya beda
- Pestisida yang dicampurkan tidak menimbulkan efek buruk, misalnya menggumpal dan tidak “membakar” tanaman
- Pencampuran dilakukan untuk meningkatkan sinergisme atau memperkuat efikasi pestisida tersebut
- Dilakukan untuk meningkatkan spectrum pengendalian
- Dilakukan untuk memecah OPT yang sudah resisten atau mencegah/menunda resisten.
Pencampuran TIDAK BOLEH dilakukan jika:
- Sasarannya sama
- Bahan aktifnya sama
- Pencampuran dapat memberikan efek buruk
- Dikhawatirkan menimbulkan cross resisten (resisten silang)
- Pencampuran dapat membahayakan keselamatan kerja aplikator
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tehnik mencampur pestisida yang tepat:
- Janganlah mencampur pestisida langsung dalam tangki sprayer (hal ini seringkali maspary temui dilapangan), sebaiknya lakukan pencampuran pestisida dalam wadah plastik terlebih dahulu (ember). Setelah tercampur dalam ember baru masukkan dalam dalam tangki sprayer.
- Jangan mencampur pestisida langsung dalam kaleng/ kemasannya tanpa mengencerkannya terlebih dahulu dengan air. (peristiwa ini juga sering maspary jumpai pada petani yang ingin serba praktis, atau terkadang merahasiakan pemakaian pestisidanya)
- Jangan mencampur 2 pestisisida atau lebih dalam satu golongan, sebagai contoh: Piretroid sintetik dengan piretroid sintetik atau karbamat dengan karbamat.
- Jangan mencampur 2 pestisida atau lebih yang mempunyai cara kerja sama, sebagai contoh: Racun pernafasan dengan racun pernafasan, kontak dengan kontak atau sistemik dengan sistemik.
- Kalau ingin mencampur pestisida sebaiknya lakukan pencampuran pestisida yang bersifat kontak dengan pestisida yang bersifat sistemik. Jika ingin mengendalikan penyakit pada suatu tanaman dan terpaksa harus mencampur fungisidanya pilih yang bersifat kontak dan yang bersifat sistemik. Fungisida kontak biasanya bersepektrum luas dan biasanya hanya bersifat mencegah/ melindungi atau protektif karena fungisida ini multisite inhibitor sedang fungisida sistemik biasanya bersepektrum sempit dan bersifat eradikatif atau mengobati karena fungisida ini mempunyai cara kerja monosite inhibitor.
- Urutkan mencampur pestisida sesuai dengan formulasinya. Menurut pengalaman maspary dalam melakukan pencampuran pestisida mulailah dengan pestisida yang berformulasi WDG, WP ataupun yang berbentuk tepung yang lain aduk hingga larut. Yang kedua baru masukkan PPC atau pupuk daun jika menggunakan pupuk daun dan aduk dulu sampai campur. Langkah yang ketiga masukkan pestisida yang berformulasi SL, WSC, SC dll lalu aduk sampai larut. Yang keempat masukkan pestisida yang berformulasi EC dan terakhir baru masukka perekat, perata, penembus dll.
- Perhatian!! Setelah anda mencampur pestisida seperti urutan no 5 diatas ada hal lain yang perlu diperhatikan. Jangan menggunakan campuran pestisisida yang larutannya menggumpal dan atau mengendap. Berdasarkan pengalaman maspary biasanya campuran pestisida yang mengendap atau menggumpal jika diaplikasi ke tanaman akan bisa merusak tanaman atau terkadang tidak berfungsi sama sekali.
- pencampuran insektisida golongan piretroid sintetik dengan insektisida golongan organophospat akan meningkatkan efikasinya, ibaratnya 1 + 1 = 3. Tapi jangan mencampur insektisida golongan organophospat dengan golongan karbamat karena akan menurunkan efikasinya ( 1 + 1 = 1).
Sumber : dirangkum dari berbagai sumber
Sponsored Links
Loading...
loading...