Sponsored Links
Loading...
Aku tidak pernah merasakan betapa susahnya merawat padi. Dari mengolah tanah agar siap untuk ditanami, memilih benih yang layak, menanam, menjaga dari serangan hama, hingga tugas akhir memanen padi sampai memisahkan bulir-bulir padi dengan kulitnya. Semenjak kecil, aku sering sekali melihat aktivitas itu, aktivitas yang sangat luar biasa yang dilakukan oleh pahlawan sepanjang hidup, “petani”.
Aku juga tidak pernah ribet dengan bagaimana aku bisa makan nasi dengan enaknya. Asal aku punya uang, aku beli saja di warung kelontong atau di toko-toko penjual beras. Lebih sederhana lagi, aku hanya membeli nasi jadi di warung makan atau rumah makan.
Aku merasa malu pada anda sekalian, orang yang sangat berjasa pada duniaku, pada kehidupanku, dan pada keberlangsungan hidup masyarakat di Tanah Air tencinta ini. Maka, maafkanlah aku yang lebih sering tidak peduli akan keberadaanmu wahai pahlawan pangan nusantara.
Petani, biar pria, wanita, tua, maupun muda, berkatmu perutku ini bisa terisi oleh karya-karyamu yang tidak pernah tertulis dalam piagam-piagam penghargaan atau tercatat dalam anugerah terbaik apalagi award. Padahal jasamu itu lebih dahsyat dari jasa para pembuat piagam-piagam itu sendiri, karena mereka juga hidup berkat karyamu.
Wahai para petani Indonesia, aku juga ingin sekali menjabat tanganmu, memeluk tubuhmu, dan aku haturkan seluruh hormatku atasmu. Jangan pernah menyerah untuk terus menggapai karya-karyamu. Bagiku engkau lebih tinggi derajatnya dari pada Anggota Dewan, presiden, atau pejabat-pejabat di kelas manapun. Engkau lebih mulia dari orang-orang yang berdasi, dan engkau lebih tangguh dari orang-orang yang mentereng menggunakan kendaraan-kendaraan beroda empat dengan bodymengkilat.
Aku sangat salut kepadamu ketika harga bibit menjulang tinggi, tapi kamu masih rela menanam. Aku salut padamu ketika harga panen turun, tapi tidak bosan untuk terus berkarya. Aku salut padamu ketika di pagi hari orang-orang sibuk untuk mendapatkan sarapan, kau datang lebih awal ke sawah-sawah untuk membuat bahan sarapan. Tentunya aku sangat salut padamu, biar yang lain berbondong-bondong mencari tempat yang teduh dari terik matahari, justru engkau merelakan tubuhmu dipanggang oleh panasnya surya demi terus berkarya. Dan yang membuat kamu lebih istimewa dari kebanyakan orang adalah, saat yang lain beranjak untuk tidur, kamu malah menuju sawah untuk memastikan air malam ini membasahi sawah-sawah.
Wahai para penguasa Nusantara, masih pedulikah engkau dengan nasib para pahlawan panganku? Mengapa engkau biarkan pangan-pangan import membanjiri bumiku, sedangkan pahlawanku harus merasakan harga jual yang tidak sesuai dengan jerih payahnya. Wahai para penguasa Nusantara, mengapa kau ciptakan sistem yang mendukung keberadaan dan keberlangsungan hidup para pahlawan panganku. Wahai para penguasa Nusantara, dalam perutmu juga terisi hasil karya para pahlawan pangan. Maka, kumohon dengan ketulusan, segera jawab pertanyaanku itu dengan realisasi penguasa untuk kesejahteraan para petani.
Anugerah tertinggi pantas untuk kau dapatkan. teruslah berkarya, semoga apa yang menjadi mimpi-mimpimu kelak akan terwujud. Kuucapkan terimakasih tiada terkira untuk pahlawan panganku, petani.
Sponsored Links
Loading...
loading...