Sponsored Links
Loading...
Lahir di tengah keluarga pas-pasan, Darwati (23) sudah merasakan pahit getirya kehidupan. Sebelum kerja jadi pembantu rumah tangga, dia pernah berdagang es campur di kampungnya, di Grobogan, Jawa Tengah, untuk mendapatkan uang.
"Saya sempat ikut kerja berjualan es campur di kampung. Ya, kira-kira tiga minggu saya kerja di sana, namun belum sempat gajian karena saya keburu pindah kerja," cerita Darwati saat berbincang merdeka.com, Sabtu (23/5) siang tadi.
Sebenarnya, Darwati pernah coba mengadu nasib ke Jakarta. Tapi belum genap seminggu, dia memilih pulang kampung lagi karena tidak kerasan.
Darwati mengaku pemilik usaha es campur itu sebenarnya baik dan tidak merelakan dirinya pindah, apalagi hanya jadi pembatu di rumah Lely. Tapi karena sudah terlanjur mengiyakan pada Lely, dia tak mungkin membatalkan.
Pada 16 Agustus 2010, Darwati mulai bekerja di rumah Lely sebagai pembantu. Saat itu dia tak punya bayangan sama sekali untuk meneruskan pendidikan sampai sarjana.
"Satu saat saya bergumam memimpikan ingin menjadi sarjana. Beberapa hari kemudian, majikan saya tiba-tiba bilang saya boleh 'nyambi' kuliah," ungkapnya.
Kemudian, ayahnya dari desa menemui sang majikan dan menyampaikan keinginan Darwati untuk berkuliah. Ternyata, pucuk dicinta ulam tiba, majikannya pun ternyata mengizinkan dirinya mengenyam pendidikan S1 itu.
"Saya langsung semangat mencari informasi perguruan tinggi sampai akhirnya memilih di Semarang. Saya sisihkan sebagian gaji," ucapnya.
Untuk berangkat kuliah, dia harus menempuh jarak kurang lebih 50 kilometer dengan menumpang bus. Meski terkadang menumpang kawannya yang kebetulan berasal dari Grobogan.
"Kadang, saya diminta menemani anaknya Bapak (majikan) yang tinggal di Semarang. Jadi, sekalian menginap di sini (Semarang). Ya, begitu. Saya ke Semarang, ya, kalau ada jadwal kuliah," ungkapnya bersemangat.
Seperti yang diberitakan merdeka.com sebelumnya, Darwati lulus kuliah tepat waktu dan mendapatkan predikat cumlaude meski harus disambi bekerja berat seperti pembantu rumah tangga. Dia meraih gelar sarjana jurusan Administrasi Niaga Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang dengan IPK 3,68. Prestasi yang luar biasa bagi pasangan suami istri Sumijan dan Jasmi yang bekerja sebagai petani di desanya.
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/cuma-anak-petani-prt-berpredikat-cumlaude-pernah-dagang-es-campur.html
Sponsored Links
Loading...
loading...