Sponsored Links
Di bulan puasa itu, sering kita dengar
kalimat `Berbuka puasalah dengan makanan atau minuman yang manis,
katanya. Konon, itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian?
Loading...
14px;">
yang terkandung dalam daging yang kita makan, misalnya. Atau kuning
telur. Tidak perlu menambah minyak atau memakan lemak hewan (yang
justru buruk pengaruhnya bagi tubuh). Lemak (sedikit!) masih
diperlukan untuk mengolah beberapa nutrisi dan vitamin, dan untuk
membawa nutrisi ke seluruh tubuh.
(2) Semakin tinggi GI (Glycemic Index) karbohidrat yang dikonsumsi,
semakin meningkat pula respon insulin tubuh. Makanya, makan hanya
makanan yang GI-nya rendah. Nanti saya jelaskan di bawah.
(3) Semakin jarang makan, semakin meningkat respon insulin setiap
kali makan.
Ini sebabnya diet (dalam pengertian: mengurangi frekuensi makan
supaya kurus) tidak akan pernah berhasil untuk jangka lama. Setelah
diet selesai, tubuh justru akan cenderung lebih gemuk dari sebelum
diet. Supaya kurus (baca: supaya respon insulin tidak melonjak)
justru harus makan lebih sering (4-5 kali sehari) tapi dengan porsi
setengah atau sepertiga porsi biasa, dengan karbohidrat maksimal 50
persen saja setiap porsi.
Kalau respon insulin tubuh sudah stabil, maka tinggal diatur: kalau
ingin kurus, kalori yang masuk harus lebih sedikit dari kalori
makanan yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari hari. Tambah dengan
olahraga teratur untuk membakar lemak berlebih dalam tubuh, dan
memperbesar otot. Otot membutuhkan energi, maka makin terlatih otot,
ia akan makin mengkonsumsi lemak dalam tubuh kita untuk energi.
Sebaliknya kalau ingin memperbesar otot (bukan gemuk) atau
mengencangkan badan, maka kalori yang masuk harus agak lebih banyak
dari jumlah kalori yang akan kita pakai untuk aktivitas selama
sehari, agar otot mengalami pertumbuhan. Otot sendiri dirangsang
pertumbuhannya dan `kekencangannya� dengan olahraga teratur.
Perbanyak protein agar pertumbuhan otot optimal. Karbohidrat cukup
diposisikan sebagai bahan pemberi energi, bukan untuk mengenyangkan
perut.
Lucu ya: kalau ingin kurus atau memperbaiki bentuk badan, termasuk
menumbuhkan otot, justru harus makan lebih sering dengan porsi kecil.
Makan yang mengandung lemak, goreng-gorengan, kanji, atau karbohidrat
sederhana seperti gula, manisan, minuman ringan bersoda dan
sebangsanya itu sudah out of the question. Kalau kita jarang makan,
atau makan tidak teratur dan sekalinya makan `balas dendam habis-
habisan� , ya justru respon insulin kita juga melonjak dan membuat
tubuh jadi menimbun lemak.
Sekali lagi, baik ketika berbuka puasa atau dalam makanan keseharian,
makanlah makanan yang seimbang: 50 persen karbohidrat kompleks, 40-45
persen protein dan 5-10 persen lemak dalam setiap porsinya. Jauhilah
karbohidrat sederhana sebisa mungkin. Kalaupun harus makan
karbohidrat sederhana karena butuh energi cepat carilah yang nilai
indeks glikemiknya rendah.
Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu untuk diubah tubuh menjadi
energi. Dengan demikian, makanan diproses pelan-pelan dan tenaga
diperoleh sedikit demi sedikit. Dengan demikian, kita tidak cepat
lapar dan energi tersedia dalam waktu lama, cukup untuk aktivitas
sehari penuh. Sebaliknya, karbohidrat sederhana menyediakan energi
sangat cepat, tapi akan cepat sekali habis sehingga kita mudah lemas.
Maka, ketika makan sahur, jangan makan yang banyak mengandung gula,
karena kita akan cepat lemas. Makanlah karbohidrat kompleks (protein
jangan dilupakan!) sehingga kita tetap berenergi sampai waktu
berbuka.
Karbohidrat sederhana, GI tinggi (energi sangat cepat habis, respon
insulin tinggi: merangsang penimbunan lemak) adalah: sukrosa (gula-
gulaan) , makanan manis-manis, manisan, minuman ringan, jagung manis,
sirop, atau apapun makanan dan minuman yang mengandung banyak gula.
Hindari, puasa atau tidak puasa.
Karbohidrat sederhana, GI rendah (energi cepat, respon insulin
rendah): buah-buahan yang tidak terlalu manis seperti pisang, apel,
pir, dan sebagainya. Sekarang ngerti kan , kenapa para pemain tenis
dunia, pemain bola, pemain basket atau pelari sering terlihat `ngemil
pisang� di pinggir lapangan? Karena mereka butuh energi cepat, tapi
nggak ingin badannya gembul berlemak.
Karbohidrat Kompleks, GI tinggi (energi pelan-pelan, tapi respon
insulinnya tinggi): Nasi putih, kentang, jagung.
Karbohidrat Kompleks, GI rendah (energi dilepas pelan-pelan sehingga
tahan lama, respon insulin juga rendah): Gandum, beras merah, umbi-
umbian, sayuran. Ini yang paling dicari para praktisi fitness.
Makanan yang diproses pelan-pelan (karbohidrat kompleks) akan membuat
kita tidak cepat lapar dan energi dihabiskan cukup untuk aktivitas
satu hari penuh; respon insulin rendah membuat tubuh kita tidak
cenderung untuk menabung lemak.
Kalau saya pribadi, sahur cukup dengan oatmeal gandum (ditambah gula
sedikiiiiiit) , atau roti coklat gandum, dua atau tiga butir telur
rebus (kuningnya saya hancurkan dan ditebarkan di rumput untuk
makanan semut-semut di halaman rumah), sayuran segar, dan air putih.
Ini sudah cukup untuk membuat tenaga saya tidak habis sampai buka
puasa karena energi dari karbohidrat kompleksnya (gandum) akan
dilepas pelan-pelan ke dalam tubuh sepanjang hari. Ketika berbuka,
sesuai anjuran Rasulullah dan sufi tadi, saya biasanya minum segelas
air, lalu shalat maghrib. Setelah shalat makan nasi seperti biasa,
sebisa mungkin dengan porsi karbohidrat- protein-lemak- air
proporsional. Dan tentu tidak untuk `balas dendam� karena puasa
seharian. Ini justru saat yang penting untuk melatih melawan
keinginan hawa nafsu `makan sekenyang-kenyangny a�. Belajar sabar.
Kembali ke topik.
Jadi, saya kira, "berbukalah dengan yang manis-manis" itu adalah
kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa atas hadits tentang berbuka
diatas. Karena kurma rasanya manis, maka muncul anggapan bahwa
(disunahkan) berbuka harus dengan yang manis-manis. Pada akhirnya
kesimpulan ini menjadi waham dan memunculkan budaya berbuka puasa
yang keliru di tengah masyarakat. Yang jelas, `berbukalah dengan yang
manis� itu disosialisasikan oleh slogan advertising banyak sekali
perusahaan makanan di bulan suci Ramadhan.
Namun demikian, sekiranya ada di antara para sahabat yang menemukan
hadits yang jelas bahwa Rasulullah memang memerintahkan berbuka
dengan yang manis-manis, mohon ditulis di komentar di bawah, ya.
Saya, mungkin juga para sahabat yang lain, ingin sekali tahu.
Semoga tidak termakan waham umum `berbukalah dengan yang manis�. Atau
lebih baik lagi, jangan mudah termakan waham umum tentang agama.
Periksa dulu kebenarannya.
Kalau ingin sehat, ikuti saja kata Rasulullah: "Makanlah hanya ketika
lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang." Juga, isi sepertiga
perut dengan makanan, sepertiga lagi air, dan sepertiga sisanya
biarkan kosong.
"Kita (Kaum Muslimin) adalah suatu kaum yang bila telah merasa lapar
barulah makan, dan apabila makan tidak hingga kenyang," kata
Rasulullah.
"Tidak ada satu wadah pun yang diisi oleh Bani Adam, lebih buruk
daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkokoh
tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari,
cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya,
dan sepertiga lagi untuk nafasnya." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu
Hibban dalam Shahihnya yang bersumber dari Miqdam bin Ma�di Kasib)
Semoga bermanfaat
Sumber : https://www.facebook.com/notes/mari-biasakan-stw-sholat-tepat-waktu/jangan-berbuka-puasa-dengan-yang-manis-harap-dibaca-sebelum-berkomentar/10150337536141413/
Sponsored Links
Loading...
loading...