Sponsored Links
Loading...
Penggunaan tongkol atau janggel jagung sebagai pakan ternak belum banyak dikembangkan di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kualitas pakan yang dihasilkan relatif rendah seperti pada limbah pertanian lainnya. Tongkol jagung ini mempunyai kadar protein yang rendah (2,94) dengan kadar lignin (5,2%) dan cellulose yang tinggi (30%), dan kecernaan ± 40%. Tongkol jagung yang hanya digiling biasanya dipakai untuk campuran ransum sapi potong hanya sebanyak 10% dari susunan ransum. Tongkol jagung sangat mudah terkontaminasi oleh kapang aspergilus flavus yang memproduksi senyawa beracun sehingga perlu dicari cara pengawetannya sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu lama sebagai persediaan pakan saat rumput susah didapatkan terutama saat musim kemarau. Silase merupakan salahsatu cara pengawetan yang sudah lama dikembangkan terutama untuk bahan pakan dari tanaman yang mengandung kadar air yang tinggi yang di mana tidak memungkinkan untuk dikeringkan (rumput dan hijauan lain) atau tanaman yang akan mudah rusak kualitasnya bila dibiarkan mengering (jagung dan sorghum).
Fermentasi tongkol jagung dilakukan dengan menggiling/cacah sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dan meningkatkan tingkat kecernaan pakan. Tongkol jagung giling kemudian difermentasi secara aerob dengan menggunakan larutan stater (Tricoderma). Proses fermentasi berlangsung selama 3 hari dan selanjutnya tongkol jagung fermentasi dapat diberikan kepada ternak.
Pemberian tongkol jagung yang difermentasi dan dicampur dengan konsentrat mampu meningkatkan bobot badan sapi potong dari 230 menjadi 325 kg dengan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,88 kg/hari/ekor. Untuk sapi potong yang diberi pakan sesuai dengan kebiasaan peternak setempat, bobot badan meningkat dari 215,5 kg menjadi 273,4 kg atau memiliki penambahan bobot badan harian 0,5 kg/ekor/hari.
Sumber : balitsereal
Sponsored Links
Loading...
loading...